Thursday, November 5, 2009

Kami adalah Satu Hati

Dia berubah.
Menjadi seseorang yang tak kukenal sebelumnya. Tetapi dia mengelak disebut berubah, dia hanya berkata "Ini tetap aku, aku yang dulu pernah di hatimu dan akan tetap seperti itu."

Namun aku tetap tak mengerti, dia masih saja bersikap berbeda. Seolah ada yang mengganggunya. Berulang kali ku tanya, berulang kali pula dia menjawab "Aku masih yang dulu."

Dan aku pun tetap menjalani hari-hariku dengannya, tertawa, marah, hingga menangis karenanya. Semua hal wajar yang kami lakukan seolah istimewa. Istimewa karena status kami yang membuatnya begitu. Kami saling menyayangi. Kami saling membutuhkan. Namun kami tak bisa untuk bersama. Dan kami sadar, kami tak akan selamanya seperti ini. Karena kami pasti akan menyakiti hati masing-masing, dan terutama perempuan itu. Perempuan yang begitu rapuh bila ditinggalkan, hingga kami pun tak pernah sanggup untuk melukai hatinya.

Begitulah kami, kami yang tak pernah berhenti untuk saling berbagi, kami yang tak henti untuk tetap menjaga hati, dan kami yang tak henti memikirkan jalan mana yang akan kita tempuh esok hari.

Karena kami adalah tiupan angin dan debu yang selalu bergerak teriring senyuman awan yang selalu melindungi.